Malu


Siang ini habis pulang dari kuliah, aku langsung bergegas menuju ke kantor imigrasi. Disini aku akan mengurus pasporku yang sudah habis masa berlakunya. Yah, ngurus paspor banyak tahapan yang mesti dilewati. Saking banyak tahapannya, membuatku sedikit bosan.
Aku sedang duduk disalah satu kursi buat para "pemohon" begitu istilah mereka sebut disini. Aku berusaha menghabiskan waktuku di kantor imigrasi sambil menunggu panggilan namaku dengan duduk santai dan menonton TV. Ketika aku melihat keadaan sekelilingku, aku melihat seorang bapak yang sedang merokok. Padahal disini telah dicantumkan tanda area No Smoking (dilarang merokok), karena disini merupakan ruangan ber-AC. Orang yang duduk tepat dibelakangku, yang melihat bapak itu sedang merokok, langsung menegur bapat perokok tersebut. Bapak yang menegur ini menyuruh orang perokok ini untuk mematikan rokoknya atau merokok di luar dari ruangan ber-AC ini. Tapi apa yang terjadi? Bukannya bapak perokok ini menghentikan rokoknya, dia malah tetap melanjutkan untuk menghabiskan rokok yang sedang dihisapnya itu. Akhirnya bapak yang menegur perokok tersebut hanya bisa diam, dan membiarkan dia menghabiskan rokonya. Padahal orang-orang disekeliling orang perokok tersebut sudah menutup hidung agar bapak tersebut sadar bahwa orang-orang disekelilingnya merasa terganggu dengan asap rokok yang ditimbulkan.
Dari kejadian tersebut membuat ku sadar, bahwa masih kurang budaya rasa malu di kehidupan masyarakat kita. Buat pembaca cerpenku ini, coba mulai dari sekarang kita tunjukkan budaya rasa malu. Malu akan kesalahan yang dilakukan, bukan malu dengan perbuatan baik yang kita lakukan.

0 komentar:

Loading

5 Best Articles